Sumsel Merdeka

Potensi Suara Caleg Menurut Aktivis dan Wartawan di Muba

Sumselmerdeka.com – Muba, Mendekati Pesta Demokrasi Tahun 2024 mendatang, sejumlah pandangan demi pandangan terkait survei maupun prediksi sudah bermunculan. Hal ini menambah seru persaingan Kontestasi Politik di Indonesia terkhusus di daerah tingkat Provinsi, Kabupaten, maupun Kota.

Sejumlah Pandangan lahir dari Pemikiran Tokoh Masyarakat, Aktivis, Tokoh Pemuda, hingga Tokoh Pers yang menilai Pemilu Tahun 2024 akan sangat seru dan suhu tersebut pun sudah menjadi Isu Publik.

Hal senada bermunculan di kabupaten Musi Banyuasin, provinsi Sumatera Selatan yang datang dari seorang Aktivis Senior yaitu Satoto Waliun yang mengatakan, Ada 3 Potensi Suara Caleg yang kami Prediksi dan tidak bisa diubah.

“Yaitu yang Pertama, Suara Perintah Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa kepada Hamba yang mendapatkan Ridho dan Berkahnya untuk menerima amanah darinya. Kemudian, Suara Sanak Dulur, Keluarga, Teman dan Kerabat yang betul betul mengenal dan yakin bahwa si Caleg yang dipilih itu bakal terpilih dan bisa menjadi motivasi serta memperjuangan Aspirasi dengan dasar bahwa si Caleg dikenal juga pada semua elemen termasuk jajaran pemerintah dan swasta,” ujar Pria yang kerab disapa Totok tersebut.

Kemudian, Suara yang bisa di beli atau suara yang mintak imbalan. Suara Ridho dan BerkahNYA Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa adalah suara yang tidak ada satu pun yang mampu mengalahkan apa lagi di halang halangi, karena Allah SWT maha segalanya.

“Suara Sanak Dulur, Keluarga, Sahabat dan Teman ini jika dia terdaftar di tim pendukung maka yang bersangkutan berhak atas perhatian dan perlakuan khusus dan berkeadilan serta berkelanjutan di sesuaikan dengan kebutuhan masing masing. Suara Ini adalah suara lepas dan tuntas tanpa perlu perhatian yang lainnya karena suara ini adalah suara transaksional,” bebernya.

Sementara itu menurut Ketua IWO Muba Riyansyah Putra, lahirnya Demokrasi yang bersih sepertinya tidak akan terjadi di Tahun 2024 nanti. Apalagi, ini digelar serentak di seluruh Kabupaten, Kota, dan Provinsi di Indonesia.

“Kita sebagai Masyarakat, harus benar-benar memperhatikan Azas Produktifitas dan Azas Kepentingan yang Berjangka, dimana Pemimpin yang lahir dari Hati Nurani dan keinginan yang baik untuk Jangka Waktu yang Panjang akan bekerja dengan bijak dan sangat memprioritaskan Suara Masyarakat,” kata Riyan.

Namun, apabila kita berbicara kepentingan berdasarkan Azas Transaksional Money Politic tentunya akan mempengaruhi Kinerja Eksekutif maupun Legislatif yang dipilih atas dasar Hal tersebut.

“Dikarenakan Money Politic akan melahirkan Pemimpin yang Koruptif. Sehingga tidak akan Memfokuskan diri untuk Bekerja demi Masyarakat dan hal itu terus berlangsung hingga saat ini,” cetusnya. (*)

Scroll to Top