Sumselmerdeka.com-Palembang, Pandemik COVID-19 yang terjadi setahun terakhir, memaksa para siswa untuk belajar di rumah dalam upaya menekan penyebaran virus Corona ini .
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palembang Ahmad Zulinto mengaku, kegiatan belajar dan mengajar atau KBM yang berlangsung di rumah memunculkan rasa takut dengan adanya masalah putus sekolah yang marak terjadi.
“Kalau ini terus berlanjut (sekolah online) maka dikhawatirkan angka putus sekolah akan tinggi. Mereka jadi malas belajar, apalagi hambatan bagi mereka yang kurang mampu untuk belajar online, butuh dana kuota lebih besar,” ujarnya, Kamis (10/6/2021).
Tidak saja khawatir jumlah anak putus sekolah meningkat, dirinya juga mengantisipasi angka kelulusan siswa menurun. Sebab kebijakan belajar dalam jaringan atau daring, memicu sejumlah siswa ogah-ogahan dalam menuntut ilmu.
“Ini juga jadi PR (pekerjaan rumah) untuk kami dan Pemerintah khususnya Dinas Pendidikan,” kata dia.
Selain itu, melihat perkembangan sekolah online, beberapa anak-anak justru cenderung memiliki pergaulan sosial yang kurang baik. Sebab ada saja anak-anak yang tak bisa dibatasi oleh orangtua sehingga terkesan liar tidak mematuhi aturan-aturan dari sekolah.
“Tidak bisa dipungkiri, sekolah online buat anak-anak nakal semakin menjadi-jadi. Hal ini jadi tugas bersama, kerjasama orangtua itu penting,” timpalnya.
Sementara menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumsel, dr Silvia Triratna, jika nanti memang rencana sekolah dibuka kembali pada Juli, pihaknya menghimbau agar Disdik, Dinkes, orangtua dan pengelola sekolah, harus gencar dan disiplin melakukan tracing untuk kasus terkonfirmasi COVID-19.
“Hal ini untuk menekan peningkatan angka kasus COVID-19 pada anak-anak yang bisa saja jumlahnya lebih tinggi. Karena sebetulnya, jika ada satu anggota dalam keluarga positif, semuanya wajib diperiksa. Intinya menjaga tingkat kepatuhan prokes di luar rumah,” ungkapnya.