Sumsel Merdeka

Harga Pupuk Nonsubsidi Melambung Tinggi

Sumselmerdeka.com-Palembang, Hingga saat ini Harga pupuk nonsubsidi dilaporkan melambung tinggi sebesar 120 persen sejak awal tahun 2022 kemarin. membuat sejumlah petani mengalami kerugian.

Hal ini dikatakan ketua Serikat Tani Nelayan (STN) Sumatera Selatan, Rio Solehuddin saat di konfirmasi awak media, Minggu (16/01/2022).

“Berdasarkan kebutuhan RI pupuk untuk petani itu mencapai 22 sampai 26 juta ton yang kalau di uangkan sekitar 63 sampai 65 Triliun untuk 5 tahun terakhir,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Rio juga mengatakan bahwa kemampuan dari anggaran pemerintah tersebut hanya mengalokasikan pupuk bersubsidi sebanyak 8,87 sampai 9,55 juta ton dalam anggaran 25 sampai 32 triliun.

“Kalau pupuk nonsubsidi sangat jauh seperliternya seperti, pupuk urea nonsubsidi sendiri sebelumnya di tahun 2020 seharga Rp. 4.500 perkilo sekarang menjadi Rp 6.000 perkilo, sehingga ini sangat mempengaruhi kondisi petani terutama petani yang menggunakan pupuk nonsubsidi,” jelasnya.

Rio menambahkan bahwa jumlah produksi pupuk di Indonesia ditahun 2020 itu hanya mampu sebesar 12 juta ton dari kapitas terpasang 13,9 juta ton pertahun dan 8,9 juta ton dari 12 juta ton tersebut pupuk subsidi berdasarkan data E-RDKK atau Rancangan dasar kebutuhan kelompok tani dengan kenaikan pupuk itu sendiri.

“Untuk harga pasaran pupuk nonsubsidi di Indonesia itu sendiri berkisar Rp. 7.200 sampai Rp 7,600 perkilo jadi sampai sekarang ini urea masih mencapai Rp. 6000 dan itu masih dalam kategori pasaran dalam kurung waktu 5 tahun terakhir bahkan 10 tahun terakhir, di Indonesia sendiri harga pupuk nonsubsidi itu perkisaran nya sekitar Rp.7000 sampai Rp, 7.600, berbeda dengan harga pupuk cina dan korea yang berbeda 3 sampai 5 lipat dengan harga di Indonesia,” tuturnya.

Lebih Lanjut, Rio menyatakan Kenaikan harga pupuk nonsubsidi ini akan berdampak pada pendapatan bersih dari petani, karena ongkos produksi akan naik.dan menguntungkan bagi mafia pupuk.

“Pastinya akan berdampak pada pendapatan petani, namun menguntungkan bagi mafia pupuk kenaikan pupuk nonsubsidi karena akan semakin memperkuat kartel bisnis pupuk mereka,”katanya.

Kenaikan harga pupuk nonsubsidi pun akan mengalami kenaikan lagi jika negara tidak hadir dengan kepentingan tertentu.

“Selagi negara tidak hadir dalam proses hukum ini, tidak menjadi mafia itu sendiri dengan tujuan ataupun kepentingan individu maupun kelompok, maka harga pupuk nonsubsidi tidak akan naik dan negara seharusnya hadir dan memberikan harga eceran itu sendiri bahwa tidak lebih dari Rp 4.000,” tambahnya.

Sementara itu, mengenai stok yang diperlukan petani di Sumatera Selatan Palembang tidak terlalu banyak dilihat dari jumlah petani kita sendiri.

Salah satu petani tani warga jalur 8 Air Saleh, Diana mengaku kecewa dengan kenaikan harga pupuk nonsubsidi yang melambung sangat tinggi.

“Kecewa yah karena kenaikannya begitu besar,” ujarnya saat diwawancarai.

Ia juga mengatakan, kenaikan harga pupuk nonsubsidi ini membuat sejumlah petani mengalami kerugian karena pembelian pupuknya yang semampunya saja.

“Kalau hargo pupuk normal masih bisa dapet 70 / 80 perkarung. Nah sekarang ini pas naik cuman dapet 50 /60 saja karna pembelian pupuk yang kurang,” tuturnya.

Diana menjelaskan, bahwa akibat dari kenaikan harga pupuk nonsubsidi yang mencapai 120 persen menjadikan harga jual padi nya turun dengan harga Rp. 4.500 perkilo.(Ibl)

Scroll to Top