Sumselmerdeka.com-Palembang, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman Klaim pada tahun ini produsen makanan dan minuman olahan naik harga jual.
Di jelaskannya, Kenaikan itu di karenakan melonjaknya harga bahan baku untuk memproduksi makanan dan minuman tersebut.
“Harga bakal naik 4-7% karena harga bahan baku semua naik. Terigu, CPO, minyak goreng, dan bahan tambahannya juga naik. Karena itu saya pikir akan terjadi inflasi. Kenaikan harga jual di bawah kenaikan harga bahan baku. Kita pertimbangkan daya beli masyarakat juga. Makanan olahan ini kan sensitif, takutnya kalau besarannya mengikuti kenaikan harga bahan baku, nggak mampu beli,” kata Adhi dilansir dari CNBC Indonesia, Selasa (25/01/2022).
Adhi menuturkan, belanja pangan per kapita di Indonesia per Maret 2020 tercatat sebesar 49,22% dari PDB untuk makanan segar. Sedangkan 16,87% untuk konsumsi makanan olahan. Tahun 2020, pertumbuhan industri makanan dan minuman anjlok menjadi hanya 1,58% dibanding tahun-tahun sebelumnya yang cetak rata-rata pertumbuhan 7%. Per kuartal tiga 2021, industri makanan dan minuman nasional cetak pertumbuhan 3,49%. Membaik dibandingkan tahun 2020.
“Penjualan makanan dan minuman olahan sejak pandemi anjlok. Di tahun 2021 ada perbaikan, terutama di akhir tahun 2021. Tahun 2022 kami prediksi omzet bisa tumbuh 5-7%, memang belum bisa kembali ke masa sebelum pandemi. Kenaikan ditopang pertumbuhan jumlah populasi dan harga,” kata Adhi.
Secara umum, ujarnya, konsumsi pangan olahan masih stabil di tengah tekanan efek domino pandemi. Meski, diakui penurunan daya beli menyebabkan peralihan dari produk dengan kualitas dan harga lebih bagus ke produk dengan harga di bawah.
“Orang kan tetap makan meski pandemi. Nggak mungkin menahan lapar. Cuma mungkin dulu belinya dengan pertimbangan kualitas bagus, sekarang turun,” katanya.
“Hasil survei Nielsen menunjukkan sektor makanan minuman sudah dalam tren positif. Dan meski saat ini ada peningkatan kasus Omicron, dengan pengalaman saat Delta tahun lalu, saya yakin kegiatan ekonomi dan daya beli masih terjaga. Kita sudah bisa beradaptasi, dana di masyarakat juga masih tersedia. Pola konsumsi ke belanja online juga kini bisa diterapkan untuk semua jenis makanan,” kata Adhi.
Data Gapmmi mengutip survei Nielsen November 2021 menunjukkan, produk pangan konsumsi jenis fast moving consumer goods (FMCG) yang banyak dibeli adalah susu cair. Disusul snack, sup kaldu, dan coklat. Namun, secara nilai, minyak goreng mendominasi, disusul snack atau jajanan ringan.(Ibl)