Sumselmerdeka.com-Palembang, Saat ini telah memasuki musim kemarau. Kondisi kemarau ini berdampak pada tingginya permukaan air sungai Musi dan anak sungai di wilayah Sumatera selatan yang sudah mengalami penurunan.
Kondisi tersebut sudah terjadi sejak sebulan terakhir. Tingkat deviasi turun mulai dari dua sampai empat meter.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera (BBWSS) Palembang, Birendrajana. Rabu (30/06/2021) saat di wawancara awak media.
“Penurunan debit air disebabkan musim kemarau yang telah melanda sejumlah wilayah di Sumsel. Intensitas hujan berkurang berdampak ke pasokan air,”katanya.
Menurutnya, penurunan di wilayah hilir sekitar 2,5 meter. Makin ke hulu, penurunannya semakin tinggi. Terutama di wilayah yang curam. Penurunannya bisa sampai empat meter. Penurunan muka air sungai tidak hanya terjadi di sungai besar. Seperti Sungai Musi, Sungai Lematang ataupun sungai besar lainnya. Tapi juga terjadi di anak-anak sungai.
“Di Sungai Bendung, penurunannya cukup terlihat. Kemudian di Sungai Sekanak juga seperti itu. Hal ini sebenarnya memang terjadi ketika kemarau,” ujarnya.
Ia menuturkan, meski terjadi penurunan muka air, namun tidak sampai mengganggu saluran irigasi yang mengairi lahan pertanian warga.
“Sampai sekarang, kami belum menerima laporan adanya kekeringan di irigasi. Karena kan memang fungsi irigasi itu sendiri untuk menampung air di saat kemarau terjadi,” ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, dampak terhadap irigasi bisa saja terjadi jika kemarau yang terjadi cukup panjang. Seperti 2019 lalu. Pihaknya terpaksa memobilisasi pompa untuk menyuplai air di sejumlah saluran irigasi.
“2019 lalu, kami mengerahkan 10 pompa di kawasan Musi Rawas dan Lubuk Linggau untuk menambah pasokan air akibat penurunan debit sungai. Kami juga akan siagakan pompanya kalau kemarau yang terjadi tahun ini cukup parah,” pungkasnya.
Selain itu, lanjut dia, sampah yang berada di Sungai yang memiliki panjang 750 kilometer tersebut sekitar 50 persen lebih berasal dari sampah limbah rumah tangga. Dimana sampah tersebut berasal dari Subdas 21 anak Sungai Musi yang berasa di wilayah Palembang dan sekitarnya.
“Untuk detail jumlah sampah perhari kita tidak tahu berapa, yang jelas limbah rumah tangga ini sumbernya dari subdas anak Sungai Musi,” katanya.
Ia menjelaskan, tak hanya limbah rumah tangga, banyaknya sampah di Sungai Musi juga berkat sumbangsih tanaman air eceng gondok yang mengalir dari Hulu Sungai Musi.
“Sampah-sampah yang berserakan di sepanjang Sungai Musi kerap kali dibersihkan BBWSS VIII menggunakan kapal khusus pengangkut sampah. Namun demikian, sampah-sampah tersebut selalu kembali mengalir di Sungai Musi. Kita selalu rutin lakukan pembersihan menggunakan kapal penangkap eceng gondok. Kami imbau masyarakat agar bekerjasama menjaga kebersihan, karena Sungai Musi ini merupakan sumber air kita,” jelasnya.